Friday, November 28, 2014

Manajemen Diare

Ternyata Manajemen Diare itu Mudah!
Apa sebenarnya diare itu? Apakah masih banyak dari kita yang belum begitu paham tentang manajemen/pengobatan diare? Atau mungkin kita tahu, namun masih ragu untuk bertindak? Mari kita simak ulasan berikut ini!

 Diare adalah kondisi ketika tinja yang dikeluarkan lebih encer dari biasanya, terjadi minimal 3 kali dalam satu hari dengan/tanpa demam/muntah. Yang terpenting dan wajib kita amati adalah bukan berapa kali diare tiap harinya, tetapi seberapa besar perubahan kepadatan tinja yang kita keluarkan. Diare merupakan salah satu penyakit tersering pada anak yang merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas kedua di dunia (1,8 juta pada balita/tahun). Setengah dari kematian pada anak karena diare terjadi di 5 negara Asia dan Afrika.

Faktor penyebab diare ini bermacam- macam yang biasanya disebarkan melalui air yang terkontaminasi tinja yang terdapat pada daerah dengan sanitasi buruk. Rotavirus dan bakteri Escherichia coli adalah penyebab diare tersering pada negara berkembang seperti Indonesia. Selain infeksi, diare juga dapat disebabkan karena malnutrisi sehingga tubuh sangat rentan terhadap infeksi- infeksi di atas. Secara ringkas penyebab diare ada pada tabel dibawah ini:


Pada praktik sehari – hari, terapi yang diberikan bergantung pada tipe diare, yang sebagian besar dengan mudah diketahui. Ada empat tipe dasar diare yang dapat dikenali, masing – masing merefleksikan mekanisme penyebabnya;
  1.     Diare berair akut (acute watery diarrhea). Contohnya seperti pada penyakit kolera. Biasanya diare ini berhenti dalam beberapa jam ataupun hari. Potensi yang berbahaya dari tipe ini adalah banyaknya cairan tubuh yang keluar sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan biasanya nafsu makan pasien berkurang. Oleh karena itu pemberian asupan makanan harus diteruskan untuk mencegah penurunan berat badan yang berlebih.
  2.     Diare berdarah akut (acute bloody diarrhea) atau disentri. Potensi yang berbahaya dari tipe ini adalah kerusakan permukaan usus, malnutrisi, sepsis, dehidrasi dan lain – lain.
  3.     Diare persisten (diare lebih dari 14 hari). Potensi yang berbahaya dari tipe ini adalah malnutrisi, infeksi serius sistemik, dan dehidrasi.
  4.     Diare dengan malnutrisi yang parah (marasmus atau kwashiorkor). Potensi yang berbahaya dari tipe ini adalah  infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung, dan defisiensi mineral serta vitamin.
Akibat fatal dari diare adalah banyaknya cairan tubuh yang keluar melalui tinja sehingga tubuh mengalami kekurangan cairan (dehidrasi). Apabila hal ini terus berlanjut, pasien bisa sampai meninggal dunia. Inilah mengapa diare tidak boleh kita remehkan. Tanda – tanda dehidrasi adalah sebagai berikut:
  •     Dehidrasi ringan-sedang: anak mulai rewel, ketika kulit ditekan maka kulit akan kembali ke posisi awal lebih lama, anak ingin minum terus – menerus, mata cowong dan air mata sedikit.
  •     Dehidrasi berat: anak mulai lemas akibat enereginya berkurang, nadi lemah, anak tidak mau minum lagi dan pada akhirnya tidak sadar dan meninggal karena kegagalan multi organ karena volume pembuluh darah menurun drastis apabila tidak dilakukan rehidrasi secara optimal.

Maka dari itu, elemen penting dalam penatalaksanaan diare adalah rehidrasi, cukupi nutrisi, dan rujukan dini pada kasus dehidarasi atau malnutrisi. Untuk mempermudah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat 5 aturan yang harus dipenuhi dalam proses terapi diare, yaitu:
  
  1. Aturan 1: Memberi anak lebih banyak cairan untuk mencegah dehidrasi (dianjurkan oralit kemasan daripada membuat sendiri yang mungkin justru salah dalam komposisi sehingga memperberat kondisi, kecuali karena terpaksa).
  2. Aturan 2: Memberi suplemen zinc (10 – 20 mg) untuk anak – anak setiap hari selama 10 – 14 hari yang tebukti mampu mencegah keparahan dan durasi diare.
  3. Aturan 3: Lanjutkan memberi makan untuk mencegah malnutrisi dan diare persisten.
  4. Aturan 4: Memberi antibiotik selektif jika ada indikasi.
  5. Aturan 5: Bawa anak ke dokter terdekat jika ada tanda- tanda dehidrasi dan untuk mendapatkan nasihat untuk penanganan diare.
  
Selanjutnya ketika kita sudah mengetahui ke-5 aturan di atas, tentunya akan muncul pertanyaan dalam benak kita, apakah indikasi pemberian antibiotik? apakah peran obat antidiare yang biasa terdapat pada iklan dan kapankah obat tersebut dipakai? Mari kita perhatikan penjelasan berikut.

Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang merupakan infeksi virus yang dapat sembuh sendiri. Apabila dehidrasi dan malnutrisi dapat diperbaiki, pemakaian antibiotik tidak sepenuhnya selalu digunakan. Selain itu, walaupun diare yang dialami adalah akibat infeksi, namun pemilihan antibiotik secara efektif memerlukan uji sensitivitas yang tidak pada semua tempat ada dan mampu memberikan informasi yang tepat, sehingga antibiotik harus digunakan secara bijak agar resistensi bakteri tidak terjadi serta biaya & efek samping tidak merugikan pihak pasien. Akan tetapi, antibiotik dapat membantu pada kasus berak darah (kemungkinan Shigellosis), kemungkinan kolera, dan infeksi non-usus yang serius. Anti-protozoa dapat digunakan pada kasus disentri akibat parasit Amoeba hystolitica.

Sedangkan “antidiare” (seperti attapulgite pectin dan kaolin pectin) dan antimuntah tidak memberikan keuntungan pada anak – anak dengan diare akut dan persisten. Obat tersebut juga tidak dapat mencegah dehirasi dan malnutrisi, yang merupakan tujuan utama terapi. Dan obat tersebut tidak diperbolehkan diberikan pada anak usia dibawah 5 tahun karena berpotensi menimbulkan efek samping yang fatal. Sedangkan pada orang dewasa, apabila penyebab diare memang sudah pasti diketahui (contoh: karena keracunan makanan), maka pemberian “antidiare” seperti karbon aktif Norit dapat membantu, karena sifat karbon aktif tersebut menyerap cairan/racun.

Demikian ulasan mengenai diare. Ternyata manajemen diare itu tidaklah rumit, kita pun bisa melakukannya sendiri di rumah. Semoga mulai saat ini kita tidak perlu bingung apalagi panik/takut  dalam menghadapi anak ataupun orang yang terkena diare. :)

Referensi:
  1. Management of severe  malnutrition: a manual for physicians and other senior health  workers, World Health Organization, 2005.
  2. The Rational Use of Drugs in the Management of Acute Diarrhoea in Children . Geneva, World Health Organization,
      www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html

0 komentar:

Post a Comment

 
Top